Foto Bangunan Bersejarah Di Indonesia
Benteng Marlborough
Benteng Marlborough merupakan benteng peninggalan Inggris yang berada di sebuah bukit kecil di pinggir pantai Tapak Paderi, Bengkulu. Benteng ini dibangun setelah Ralph Ord, wakil East India Company melakukan perjanjian dagang dengan pemimpin lokal di Bengkulu pada tahun 1685.
Isi perjanjian tersebut mengharuskan para pemimpin lokal untuk menyediakan lada bagi perusahaan East India Company. Sebagai imbalannya, pihak inggris melindungi daerah Bengkulu dari serangan bangsa Belanda.
Untuk menepati janjinya, Inggris lalu membangun Benteng Marlborough pada tahun 1714. Nama Marlborough diambil sebagai bentuk penghormatan kepada pahlawan perang Inggris, John Churchill, yang bergelar Duke of Marlborough.
Bentuk benteng ini menyerupai kura-kura dan menjadi benteng terbesar di Asia Tenggara dengan luas 44.000 meter persegi. Di sekitar benteng dibangun pasar yang dikenal dengan nama Pasar Malabero. Kawasan inilah yang menjadi cikal bakal dari kota Bengkulu.
Belanda mengambil alih benteng Marlborough dari Inggris pada tahun 1825 yang ditandai dengan disahkannya Traktat London pada 17 Maret 1824. Traktat London berisi tentang pembagian kekuasaan antara Belanda dengan Inggris.
Bangunan bersejarah di Indonesia menyimpan banyak jejak cerita kehidupan bangsa dari masa lalu. Karena itu, eksistensinya harus dijaga agar cerita-cerita tersebut bisa diteruskan ke generasi selanjutnya.
Pemerintah sendiri berusaha melestarikan bangunan bersejarah dengan cara memugar dan memperbaiki fisiknya agar bisa dikunjungi oleh masyarakat umum. Sayangnya, tidak semua pengunjung memahami riwayat serta cerita di balik bangunan tersebut.
Padahal banyak sekali ilmu yang bisa dipelajari jika mengetahui sejarah. Ini juga menjadi aksi nyata kita untuk membantu melestarikan bangunan peninggalan nenek moyang kita.
Bahkan, bukan tidak mungkin kita akan semakin jatuh cinta dengan negara ini setelah mengunjungi dan mempelajari sejarah. Saat ini ada banyak bangunan bersejarah yang bisa kita temukan, mulai dari tugu/monumen, gedung, bangunan suci, istana, hingga benteng.
Karena itulah artikel ini akan membahas beberapa jenis bangunan bersejarah agar Grameds bisa “berkenalan” dengan mereka lebih dulu sebelum mengunjunginya langsung. Selamat membaca, ya.
Secara singkat, monumen merupakan bangunan yang didirikan untuk memperingati peristiwa sejarah yang penting atau mengenang tokoh yang berjasa besar bagi banyak orang.
Sementara itu, tugu biasanya dibangun untuk menjadi penanda tempat bersejarah, tempat penting, atau “gerbang” masuk ke suatu kota. Maka dari itu, tak heran jika ada beberapa monumen yang disebut juga sebagai tugu.
Gedung Perjanjian Linggarjati
Di Kecamatan Cilimus, Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat ada sebuah gedung yang menjadi saksi bisu peristiwa perjanjian Linggarjati yang dilaksanakan pada tanggal 10 sampai 13 November 1946. Gedung tersebut dikenal dengan nama Gedung Perjanjian Linggarjati.
Perjanjian Linggarjati sendiri adalah salah satu bagian penting dari sejarah Bangsa Indonesia. Hal ini bisa dilihat dari isi pokok perjanjian tersebut, yang menyatakan bahwa: (1) Belanda secara de facto mengakui Republik Indonesia dengan wilayah kekuasaan meliputi Sumatra, Jawa dan Madura; (2) Republik Indonesia dan Belanda akan bekerja sama untuk membentuk Negara Indonesia Serikat yang salah satu bagiannya adalah Republik Indonesia; (3) Republik Indonesia Serikat bersama Belanda akan membentuk Uni Indonesia-Belanda dengan Ratu Belanda sebagai ketuanya.
Nah, kalau kamu mau melihat peninggalan-peninggalan dari peristiwa penting tersebut, langsung saja datang ke Gedung Linggarjati. Kamu bahkan bisa melihat diorama dari situasi saat itu.
Pada tahun 1935, Gedung Linggarjati pernah digunakan untuk hotel dengan nama Rustoord. Tujuh tahun kemudian (1942) gedung ini menjadi Hotel Hokay Ryokan. Setelah itu gedung ini pernah menjadi Hotel Merdeka (1945) dan SD Negeri Linggarjati (1975).
Baru pada tahun 1976, gedung ini akhirnya diresmikan sebagai Museum Linggarjati. Untuk melindungi keberadaan dan nilai sejarahnya, Pemerintah menjadikan bangunan ini sebagai bangunan cagar budaya melalui Undang-Undang Nomor 5 tahun 1992.
Selain tugu dan gedung, beberapa bangunan suci umat beragama juga ada yang menjadi bangunan bersejarah di Indonesia. Mulai dari masjid, gereja, vihara, candi, pura, hingga Klenteng. Bahkan, kebanyakan bangunan tersebut masih dimanfaatkan sebagai tempat beribadah hingga saat ini.
Bangunan suci bersejarah bukan hanya sekadar sumber sejarah bagi agama tertentu, namun juga mempunyai peran penting lainnya di masa lalu. Contohnya menjadi tempat yang dipakai untuk memperjuangkan kemerdekaan atau bukti peninggalan sejarah zaman nenek moyang.
Candi-candi di Indonesia adalah peninggalan sejarah dari masa lalu. Saat itu, pedagang India yang datang ke nusantara membawa ajaran Buddha dan Hindu, lalu nenek moyang kita mulai memeluk kedua agama tersebut.
Nah, sejalan dengan penyebaran agama Buddha dan Hindu, hubungan yang terjalin dengan bangsa India membuat bangsa Indonesia mengenal sistem kerajaan. Setelah itu, kerajaan-kerajaan Buddha dan Hindu mulai tumbuh dan berkembang di nusantara.
Beberapa raja yang berkuasa mulai membangun candi sebagai persembahan terhadap Buddha atau Dewa. Di samping itu, candi juga digunakan sebagai tempat memuliakan raja-raja yang telah wafat lebih dulu.
Nah, dari banyaknya candi yang ada di Indonesia, salah satu yang paling dikenal adalah Candi Borobudur yang terletak di Desa Budur, Magelang, Jawa Timur. Candi Borobudur sendiri merupakan bangunan suci agama Buddha.
Nama Borobudur diambil dari kata boro dan budur. Boro berasal dari kata vihara atau wihara yang berarti “kompleks candi” atau “asrama”. Sementara Budur berasal dari kata bedudur yang berarti “di atas”. Dengan kata lain, Borobudur adalah bangunan candi yang berada di atas bukit.
Candi ini dibangun pada tahun 824 ketika masa pemerintahan Raja Samaratungga yang merupakan keturunan dinasti Syailendra dan menganut agama Buddha Mahayana. Saat pertama kali ditemukan, bangunan candi Borobudur berada dalam kondisi yang tidak terawat dan ditutupi oleh semak belukar.
Bangunan Candi Borobudur berbentuk punden berundak yang terdiri dari enam tingkat yang berbentuk bujur sangkar, tiga tingkat lainnya berbentuk bundar melingkar, dan sebuah stupa utama sebagai puncaknya. Di dindingnya ada relief-relief yang menggambarkan kisah kehidupan dan ajaran Sang Buddha.
Pada tahun 1991, Candi kebanggaan bangsa Indonesia ini ditetapkan sebagai Warisan Dunia oleh UNESCO.
Monumen Nasional (Monas)
Monumen Nasional yang bisa kamu temukan di depan Istana Negara ini sejak dulu sudah menjadi ikon negara Indonesia. Rasanya sulit menemukan penduduk negara ini yang tak tahu tentang Monas.
Presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno, adalah orang yang memprakarsai pembangunan Monumen Nasional dan menyerahkan perancangannya kepada Soedarsono serta Frederich SIlaban dengan Ir. Rooseno sebagai konsultannya.
Proses pembangunannya dimulai pada bulan Agustus tahun 1959 dalam waktu yang cukup cepat, yaitu 2 tahun saja. Ya, pada tahun 1961 tanggal 17 Agustus, monumen yang dibangun di area seluas 80 hektar ini diresmikan oleh Presiden Soekarno sendiri. 14 tahun, kemudian Monas resmi dibuka untuk masyarakat umum.
Monumen Nasional dibangun untuk mengenang perlawanan serta melestarikan perjuangan rakyat Indonesia di masa revolusi kemerdekaan tahun 1945 silam. Harapannya, siapapun yang melihat Tugu Monas akan mewarisi semangat patriotisme para pejuang kemerdekaan dalam membangun Negara Indonesia.
Semangat dan harapan inilah yang menjadi alasan dipilihnya bentuk Tugu Monas yang menyerupai artefak lingga yoni yang menjulang setinggi 137 meter. Bagian puncaknya berbentuk seperti cawan yang menopang lidah api menyala.
Lidah api ini memiliki diameter 6 meter dan terbuat dari perunggu seberat 14,5 ton dan dilapisi emas seberat 35 kilogram. Makanya, kalau dilihat sekilas, monas bentuknya mirip seperti batang obor dengan api yang sedang berkobar di puncaknya.
Nunung Marzuki dalam buku Mengenal Lebih Dekat: Bangunan Bersejarah Indonesia, menjelaskan bahwa badan Tugu Monas mewakili bentuk Lingga atau alu alat untuk menumbuk padi yang terbuat dari kayu, sedangkan pelataran cawannya mewakili bentuk Yoni atau lumbung tempat menyimpan padi.
Lalu lidah api yang ada di puncaknya adalah Api Nan Tak Kunjung Padam yang menjadi simbol perjuangan bangsa Indonesia yang tidak akan pernah surut sampai kapanpun.
Kalau berkunjung ke monas, kamu bisa menemukan museum sejarah perjuangan nasional yang ada di bagian bawahnya. Museum ini mampu menampung sekitar 500 orang pengunjung. Selain itu, kamu juga bisa naik elevator sampai ke pelataran puncak untuk melihat pemandangan kota Jakarta.
Di sekelilingnya ada taman, dua buah kolam, dan juga beberapa lapangan terbuka tempat berolahraga. Masyarakat Jakarta sering mengunjungi area taman Tugu Monas untuk berjalan-jalan atau piknik bersama keluarga di hari libur.
Dari Jakarta kita pindah ke Surabaya, Jawa Timur. Di kota ini ada sebuah tugu yang dibangun sebagai pengingat akan semangat perjuangan para pahlawan bangsa. Yup, tugu tersebut adalah Tugu Pahlawan.
Tugu yang menjulang setinggi 45 meter dengan 10 bidang sisi ini terletak di Taman Kebunrojo, Jalan Pahlawan. Tepat di seberang kantor Gubernur Jawa Timur. Tugu ini sengaja dibangun untuk memperingati peristiwa 10 November.
Pada 30 Oktober 1945, Brigadir Mallaby, pemimpin pasukan sekutu yang datang ke Surabaya, terbunuh dalam pertempuran. Mayor Jenderal Eric Carden Robert Mansergh yang bertugas menggantikan Mallaby lalu mengeluarkan ultimatum pada 10 November 1945.
Ultimatum tersebut dijawab dengan penolakan oleh Ketua BKR Surabaya, Soengkono dan diperkuat dengan pidato Gubernur Soerjo di RRI. Setelah itu, pertempuran antara arek-arek Suroboyo dengan pasukan sekutu tak bisa terhindarkan lagi.
Dalam pertempuran yang berlangsung selama dua minggu tersebut, para pahlawan berjuang dengan gagah berani untuk menaklukan tentara sekutu dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Tugu Pahlawan juga dilengkapi dengan Museum Sepuluh November yang menyimpan banyak sekali koleksi kisah perjuangan masyarakat Surabaya pada pertempuran 10 November 1945 lalu.
Gedung biasanya menunjukkan bangunan besar yang digunakan sebagai tempat melakukan kegiatan yang sifatnya resmi atau yang menyangkut kepentingan banyak orang. Contohnya seperti gedung pertemuan, gedung pemerintahan, gedung olah raga, dan lain sebagainya.
Di Indonesia, ada beberapa gedung bersejarah yang mayoritas dibangun pada masa Hindia Belanda. Gedung-gedung tersebut merupakan saksi bisu berbagai peristiwa penting dalam sejarah bangsa Indonesia.
Seiring berjalannya waktu, sebagian besar gedung bersejarah digunakan untuk fungsi yang lain seperti museum, pusat kebudayaan, atau yang lainnya. Memang ada gedung yang fungsinya masih sama, namun jumlahnya sangat sedikit.
Seperti namanya, Gedung Sate identik dengan ornamen tusuk sate di bagian atapnya. Gedung indah dan anggun yang sejak dulu menjadi ikon kota Bandung ini terletak di Jalan Diponegoro No. 22 Bandung.
Pembangunan Gedung Sate dimulai pada tahun 1920 dan diarsiteki oleh Ir. J. Gerber bersama kelompoknya. Saat itu, Gerber dibantu oleh seorang maestro arsitek Belanda yang bernama Dr. Hendrik Petrus.
Pembangunannya sendiri melibatkan sekitar 2.000 orang pekerja. 150 orang diantaranya adalah pemahat dan pengukir kayu yang berasal dari Kanton. Dalam waktu empat tahun atau tepatnya pada September 1924, bangunan utama Gedung Sate selesai dibangun.
Awalnya, Pemerintah Belanda membangun Gedung Sate untuk keperluan pemindahan pusat pemerintahan dari Jakarta ke Bandung. Namun, pada tahun 1930, terjadi resesi ekonomi yang membuat perencanaan pemindahan itu batal. Sekarang Gedung Sate digunakan sebagai pusat pemerintahan Provinsi Jawa Barat.
Selain nilai sejarahnya, Gedung Sate juga terkenal dengan nilai arsitekturnya yang tinggi. Penampilan gedung putih ini terlihat kokoh sekaligus anggun berkat gaya arsitektur tradisional Nusantara. Tak sedikit ahli bangunan dan arsitek yang memuji keindahan Gedung Sate.
Gedung ini juga dikelilingi oleh taman yang selalu dirawat dengan baik sehingga menarik menjadi destinasi wisata bagi masyarakat Bandung maupun wisatawan yang datang ke kota Kembang.
Benteng Marlborough
Benteng Marlborough merupakan benteng peninggalan Inggris yang berada di sebuah bukit kecil di pinggir pantai Tapak Paderi, Bengkulu. Benteng ini dibangun setelah Ralph Ord, wakil East India Company melakukan perjanjian dagang dengan pemimpin lokal di Bengkulu pada tahun 1685.
Isi perjanjian tersebut mengharuskan para pemimpin lokal untuk menyediakan lada bagi perusahaan East India Company. Sebagai imbalannya, pihak inggris melindungi daerah Bengkulu dari serangan bangsa Belanda.
Untuk menepati janjinya, Inggris lalu membangun Benteng Marlborough pada tahun 1714. Nama Marlborough diambil sebagai bentuk penghormatan kepada pahlawan perang Inggris, John Churchill, yang bergelar Duke of Marlborough.
Bentuk benteng ini menyerupai kura-kura dan menjadi benteng terbesar di Asia Tenggara dengan luas 44.000 meter persegi. Di sekitar benteng dibangun pasar yang dikenal dengan nama Pasar Malabero. Kawasan inilah yang menjadi cikal bakal dari kota Bengkulu.
Belanda mengambil alih benteng Marlborough dari Inggris pada tahun 1825 yang ditandai dengan disahkannya Traktat London pada 17 Maret 1824. Traktat London berisi tentang pembagian kekuasaan antara Belanda dengan Inggris.
Gedung Perjanjian Linggarjati
Di Kecamatan Cilimus, Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat ada sebuah gedung yang menjadi saksi bisu peristiwa perjanjian Linggarjati yang dilaksanakan pada tanggal 10 sampai 13 November 1946. Gedung tersebut dikenal dengan nama Gedung Perjanjian Linggarjati.
Perjanjian Linggarjati sendiri adalah salah satu bagian penting dari sejarah Bangsa Indonesia. Hal ini bisa dilihat dari isi pokok perjanjian tersebut, yang menyatakan bahwa: (1) Belanda secara de facto mengakui Republik Indonesia dengan wilayah kekuasaan meliputi Sumatra, Jawa dan Madura; (2) Republik Indonesia dan Belanda akan bekerja sama untuk membentuk Negara Indonesia Serikat yang salah satu bagiannya adalah Republik Indonesia; (3) Republik Indonesia Serikat bersama Belanda akan membentuk Uni Indonesia-Belanda dengan Ratu Belanda sebagai ketuanya.
Nah, kalau kamu mau melihat peninggalan-peninggalan dari peristiwa penting tersebut, langsung saja datang ke Gedung Linggarjati. Kamu bahkan bisa melihat diorama dari situasi saat itu.
Pada tahun 1935, Gedung Linggarjati pernah digunakan untuk hotel dengan nama Rustoord. Tujuh tahun kemudian (1942) gedung ini menjadi Hotel Hokay Ryokan. Setelah itu gedung ini pernah menjadi Hotel Merdeka (1945) dan SD Negeri Linggarjati (1975).
Baru pada tahun 1976, gedung ini akhirnya diresmikan sebagai Museum Linggarjati. Untuk melindungi keberadaan dan nilai sejarahnya, Pemerintah menjadikan bangunan ini sebagai bangunan cagar budaya melalui Undang-Undang Nomor 5 tahun 1992.
Selain tugu dan gedung, beberapa bangunan suci umat beragama juga ada yang menjadi bangunan bersejarah di Indonesia. Mulai dari masjid, gereja, vihara, candi, pura, hingga Klenteng. Bahkan, kebanyakan bangunan tersebut masih dimanfaatkan sebagai tempat beribadah hingga saat ini.
Bangunan suci bersejarah bukan hanya sekadar sumber sejarah bagi agama tertentu, namun juga mempunyai peran penting lainnya di masa lalu. Contohnya menjadi tempat yang dipakai untuk memperjuangkan kemerdekaan atau bukti peninggalan sejarah zaman nenek moyang.
Candi-candi di Indonesia adalah peninggalan sejarah dari masa lalu. Saat itu, pedagang India yang datang ke nusantara membawa ajaran Buddha dan Hindu, lalu nenek moyang kita mulai memeluk kedua agama tersebut.
Nah, sejalan dengan penyebaran agama Buddha dan Hindu, hubungan yang terjalin dengan bangsa India membuat bangsa Indonesia mengenal sistem kerajaan. Setelah itu, kerajaan-kerajaan Buddha dan Hindu mulai tumbuh dan berkembang di nusantara.
Beberapa raja yang berkuasa mulai membangun candi sebagai persembahan terhadap Buddha atau Dewa. Di samping itu, candi juga digunakan sebagai tempat memuliakan raja-raja yang telah wafat lebih dulu.
Nah, dari banyaknya candi yang ada di Indonesia, salah satu yang paling dikenal adalah Candi Borobudur yang terletak di Desa Budur, Magelang, Jawa Timur. Candi Borobudur sendiri merupakan bangunan suci agama Buddha.
Nama Borobudur diambil dari kata boro dan budur. Boro berasal dari kata vihara atau wihara yang berarti “kompleks candi” atau “asrama”. Sementara Budur berasal dari kata bedudur yang berarti “di atas”. Dengan kata lain, Borobudur adalah bangunan candi yang berada di atas bukit.
Candi ini dibangun pada tahun 824 ketika masa pemerintahan Raja Samaratungga yang merupakan keturunan dinasti Syailendra dan menganut agama Buddha Mahayana. Saat pertama kali ditemukan, bangunan candi Borobudur berada dalam kondisi yang tidak terawat dan ditutupi oleh semak belukar.
Bangunan Candi Borobudur berbentuk punden berundak yang terdiri dari enam tingkat yang berbentuk bujur sangkar, tiga tingkat lainnya berbentuk bundar melingkar, dan sebuah stupa utama sebagai puncaknya. Di dindingnya ada relief-relief yang menggambarkan kisah kehidupan dan ajaran Sang Buddha.
Pada tahun 1991, Candi kebanggaan bangsa Indonesia ini ditetapkan sebagai Warisan Dunia oleh UNESCO.
Benteng Fort de Kock
Benteng Fort de Kock bisa kamu temukan di Bukittinggi, Sumatera Barat. Benteng ini dibangun pada tahun 1925 oleh Kapten Bever dan menjadi pertahanan Belanda dari gempuran rakyat Minangkabau setelah meletusnya Perang Padri.
Di benteng ini ada parit perlindungan serta meriam peninggalan tentara Belanda yang sudah berkarat. Saat ini Benteng Fort de Kock dijadikan sebagai objek wisata bersamaan dengan kebun binatang dan juga museum zoologi. Dari menara pengawas yang ada di benteng ini, pengunjung bisa menikmati keindahan pemandangan Kota Bukittinggi dan kawasan sekitarnya.
Itulah pembahasan tentang bangunan bersejarah di Indonesia. Pada dasarnya, masih ada banyak sekali bangunan bersejarah di Indonesia, yang mana hampir di setiap provinsi pasti memilikinya. Semoga semua pembahasan di atas bisa bermanfaat untuk kamu. JIka ingin mencari buku tentang bangunan bersejarah di Indonesia, maka kamu bisa mendapatkannya di gramedia.com.
Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan terkait Bangunan Bersejarah di Indonesia, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.
Penulis: Gilang Oktaviana Putra
Benteng Fort de Kock
Benteng Fort de Kock bisa kamu temukan di Bukittinggi, Sumatera Barat. Benteng ini dibangun pada tahun 1925 oleh Kapten Bever dan menjadi pertahanan Belanda dari gempuran rakyat Minangkabau setelah meletusnya Perang Padri.
Di benteng ini ada parit perlindungan serta meriam peninggalan tentara Belanda yang sudah berkarat. Saat ini Benteng Fort de Kock dijadikan sebagai objek wisata bersamaan dengan kebun binatang dan juga museum zoologi. Dari menara pengawas yang ada di benteng ini, pengunjung bisa menikmati keindahan pemandangan Kota Bukittinggi dan kawasan sekitarnya.
Itulah pembahasan tentang bangunan bersejarah di Indonesia. Pada dasarnya, masih ada banyak sekali bangunan bersejarah di Indonesia, yang mana hampir di setiap provinsi pasti memilikinya. Semoga semua pembahasan di atas bisa bermanfaat untuk kamu. JIka ingin mencari buku tentang bangunan bersejarah di Indonesia, maka kamu bisa mendapatkannya di gramedia.com.
Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan terkait Bangunan Bersejarah di Indonesia, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.
Penulis: Gilang Oktaviana Putra
©2024 iStockphoto LP. Desain iStock adalah merek dagang iStockphoto LP.
©2024 iStockphoto LP. Desain iStock adalah merek dagang iStockphoto LP.
Bangunan bersejarah di Indonesia menyimpan banyak jejak cerita kehidupan bangsa dari masa lalu. Karena itu, eksistensinya harus dijaga agar cerita-cerita tersebut bisa diteruskan ke generasi selanjutnya.
Pemerintah sendiri berusaha melestarikan bangunan bersejarah dengan cara memugar dan memperbaiki fisiknya agar bisa dikunjungi oleh masyarakat umum. Sayangnya, tidak semua pengunjung memahami riwayat serta cerita di balik bangunan tersebut.
Padahal banyak sekali ilmu yang bisa dipelajari jika mengetahui sejarah. Ini juga menjadi aksi nyata kita untuk membantu melestarikan bangunan peninggalan nenek moyang kita.
Bahkan, bukan tidak mungkin kita akan semakin jatuh cinta dengan negara ini setelah mengunjungi dan mempelajari sejarah. Saat ini ada banyak bangunan bersejarah yang bisa kita temukan, mulai dari tugu/monumen, gedung, bangunan suci, istana, hingga benteng.
Karena itulah artikel ini akan membahas beberapa jenis bangunan bersejarah agar Grameds bisa “berkenalan” dengan mereka lebih dulu sebelum mengunjunginya langsung. Selamat membaca, ya.
Secara singkat, monumen merupakan bangunan yang didirikan untuk memperingati peristiwa sejarah yang penting atau mengenang tokoh yang berjasa besar bagi banyak orang.
Sementara itu, tugu biasanya dibangun untuk menjadi penanda tempat bersejarah, tempat penting, atau “gerbang” masuk ke suatu kota. Maka dari itu, tak heran jika ada beberapa monumen yang disebut juga sebagai tugu.
Istana Tampaksiring
Istana Tampaksiring berlokasi di Desa Tampaksiring, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Bali. Istana ini dibangun oleh Presiden Soekarno yang saat itu memiliki keinginan untuk mempunyai tempat peristirahatan berhawa sejuk serta jauh dari keramaian kota.
Jadi, ditunjuklah R. M. Soedarsono untuk merancang bangunan ini dengan empat gedung utama yang terdiri dari Wisma Merdeka, Wisma Yudhistira, Wisma Negara, dan Wisma Bima.
Pada tahun 2003, beberapa fasilitas ditambahkan untuk kepentingan kegiatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN XIV yang digelar di Bali pada tanggal 7 – 8 Oktober 2003. Untuk kepentingan pariwisata, pemerintah kemudian menambahkan pintu masuk, lapangan parkir dan Balai Bengong.
Benteng adalah dinding tebal dan tinggi yang dibangun untuk melindungi suatu wilayah dari serangan musuh. Kebanyakan benteng yang ada di Indonesia dibangun pada zaman kolonial. Seperti benteng-benteng yang ada di Pulau Sumatra dan Jawa yang dibangun setelah Belanda menerapkan taktik benteng stelsel untuk bertahan dari serangan para pejuang.
Banyak bangunan benteng yang menjadi saksi sejarah bangsa Indonesia masih berdiri hingga saat ini. Namun, karena sudah tidak ada lagi perang, benteng-benteng tersebut diubah fungsinya menjadi cagar budaya.
JavaScript harus aktif untuk menggunakan foursquare.com
Kami menggunakan teknologi terbaru dan terbaik yang ada untuk memberikan pengalaman web terbaik yang mungkin. Aktifkan JavaScript di pengaturan browser untuk melanjutkan.
Unduh Foursquare untuk ponselmu dan mulailah menjelajahi dunia di sekitarmu!